Kita semua pasti tahu setiap orang yang hidup di dunia pasti memiliki tuhan. Ada yang begitu mengagungkan kebesaran tuhan, dan ada pula yang dengan sengaja melupakan keberadaan tuhan. Disaat seseorang mulai bersenang-senang dengan kenikmatan duniawi, saat itulah mereka akan melupakan sang pencipta yang begitu agung. Disaat seseorang mulai terpuruk dan merasakan kejamnya dunia, disaat itulah seseorang mulai kembali mengingat tuhan yang senantiasa mengingat seluruh ummat-ummatnya tanpa terkecuali. Semasa kecil kita pasti pernah mendengarkan guru yang mengatakan tuhan itu maha mendengar, tuhan itu maha melihat, tuhan itu maha tahu, dan tuhan itu maha segalanya. Hal itu adalah benar adanya. Ia selalu tahu apa yang dilakukan hambanya. Namun apakah kita sudah bisa tersadar dengan kebesarannya itu? saya rasa sama sekali belum.
Dimulai dari waktu shubuh. Tuhan berharap kita dapat menjalankan perintahnya, namun apa yang kita lakukan? sama sekali hati ini tertutup untuk menjalankannya. Telinga sengaja tidak mendengar kumandang adzan yang begitu keras yang menganjurkan kita untuk shalat. Namun kita tetap terbuai oleh nikmatnya tidur. Kemudian berlanjut pada waktu dzuhur. Tuhan berharap kita dapat menyapanya pada siang itu. Namun apa yang kita lakukan? selepas beraktivitas kita mulai menyantap kenikmatan yang diberikannya berupa makan siang, kemudian setelah itu kita malah menonton televisi, tidur siang, atau melakukan kegiatan yang lainnya tanpa sedikit pun terbesit dipikiran kita untuk menyapanya sejenak. Berlanjut pada waktu shalat ashar. Tuhan masih berharap agar hambanya dapat menyapanya disore hari. Namun apa yang kita lakukan? Kita terbuai dengan keindahan disore hari. Ditemani secangkir teh hangat bersama sepiring kue kita duduk santai didepan teras rumah menghabiskan waktu sore begitu saja hingga waktu ashar pun terlewatkan. Kemudian berlanjut diwaktu shalat magrib. Tuhan tetap setia menunggu hambanya yang akan menyapanya. Namun apa yang kita lakukan? kita tetap saja masih terbuai dengan indahnya dunia. Tanpa rasa bersalah kita melewatkan waktu maghrib yang terhitung sangat singkat. Berlanjut pada waktu isya. Lagi dan lagi tuhan tetap mengharapkan hambanya akan menyapanya. Namun apa yang kita lakukan? Selepas makan malam kita malah begitu menikmati sajian acara-acara televisi, ketemu dengan pacar, dan sebagainya dibandingkan harus menyapanya sejenak.
Lima waktu yang begitu berarti hanya terlewatkan begitu saja dalam sehari. Bayangkan jika setiap hari kita terus menerus melakukan hal seperti ini? berapa banyak kewajiban yang kita tinggalkan? sedangkan kita selalu mengeluh kepadanya terhadap apa yang telah diberikan kepada kita. Bukankah kita sangat egois? Kita tidak pernah merasa puas dengan semua yang telah diberikan kepada kita. Hanya keluhan yang terus ada dipikiran kita terhadapnya. Sedangkan hanya menyapanya saja kita selalu lupa. Demikian beberapa pemikiran yang dapat saya tuangkan disini semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kehidupan saya dan kita semua kedepannya. Akhir kata wassalam.
[More..]
Dimulai dari waktu shubuh. Tuhan berharap kita dapat menjalankan perintahnya, namun apa yang kita lakukan? sama sekali hati ini tertutup untuk menjalankannya. Telinga sengaja tidak mendengar kumandang adzan yang begitu keras yang menganjurkan kita untuk shalat. Namun kita tetap terbuai oleh nikmatnya tidur. Kemudian berlanjut pada waktu dzuhur. Tuhan berharap kita dapat menyapanya pada siang itu. Namun apa yang kita lakukan? selepas beraktivitas kita mulai menyantap kenikmatan yang diberikannya berupa makan siang, kemudian setelah itu kita malah menonton televisi, tidur siang, atau melakukan kegiatan yang lainnya tanpa sedikit pun terbesit dipikiran kita untuk menyapanya sejenak. Berlanjut pada waktu shalat ashar. Tuhan masih berharap agar hambanya dapat menyapanya disore hari. Namun apa yang kita lakukan? Kita terbuai dengan keindahan disore hari. Ditemani secangkir teh hangat bersama sepiring kue kita duduk santai didepan teras rumah menghabiskan waktu sore begitu saja hingga waktu ashar pun terlewatkan. Kemudian berlanjut diwaktu shalat magrib. Tuhan tetap setia menunggu hambanya yang akan menyapanya. Namun apa yang kita lakukan? kita tetap saja masih terbuai dengan indahnya dunia. Tanpa rasa bersalah kita melewatkan waktu maghrib yang terhitung sangat singkat. Berlanjut pada waktu isya. Lagi dan lagi tuhan tetap mengharapkan hambanya akan menyapanya. Namun apa yang kita lakukan? Selepas makan malam kita malah begitu menikmati sajian acara-acara televisi, ketemu dengan pacar, dan sebagainya dibandingkan harus menyapanya sejenak.
Lima waktu yang begitu berarti hanya terlewatkan begitu saja dalam sehari. Bayangkan jika setiap hari kita terus menerus melakukan hal seperti ini? berapa banyak kewajiban yang kita tinggalkan? sedangkan kita selalu mengeluh kepadanya terhadap apa yang telah diberikan kepada kita. Bukankah kita sangat egois? Kita tidak pernah merasa puas dengan semua yang telah diberikan kepada kita. Hanya keluhan yang terus ada dipikiran kita terhadapnya. Sedangkan hanya menyapanya saja kita selalu lupa. Demikian beberapa pemikiran yang dapat saya tuangkan disini semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kehidupan saya dan kita semua kedepannya. Akhir kata wassalam.